RESENSI Ouija: Origin of Evil, Petaka Papan Pemanggil Arwah

Panditio Rayendra | 28 Oktober 2016 | 18:40 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - OUIJA: Origin of Evil (2016) merupakan prekuel Ouija (2014).

Jika Ouija mengambil setting modern dan berkisah tentang sekelompok remaja yang diteror hantu pasca bermain papan Ouija, Ouija: Origin of Evil mengajak Anda bertualang ke era 1960-an.

Alice Zander (Elizabeth Reaser), seorang janda dengan dua anak perempuan yang bekerja dengan pura-pura jadi paranormal. Dibantu dua putrinya, Lina (Annalise Basso) dan Doris (Lulu Wilson), Alice menyusun 'skenario' sehingga sejumlah tamunya percaya bahwa arwah yang mereka panggil sungguh datang.

Alice kemudian berpikir untuk memakai Ouija sebagai 'gimmick' baru agar pasiennya lebih yakin saat dia memanggil arwah. Dari cuma main-main, papan Ouija yang dipakai Alice ternyata mengundang arwah sungguhan, yang memakai Doris sebagai perantara. Alice merasa terbantu oleh makhluk halus yang diyakini suaminya, setelah sang arwah memberikan petunjuk ada 'harta karun' di rumah mereka.

Kejadian aneh mulai bermunculan. Lina lantas mengadukan masalah ini pada Pendeta Tom (Henry Thomas), kepala sekolah. Dari sini teror dimulai.

Ouija: Origin of Evil mengusung konsep yang lazim diusung horor era 2000 ke atas. Sebuah keluarga dengan segala kekurangannya namun kompak, mendadak terganggu dengan hadirnya makhluk gaib di rumah mereka. Nyaris setengah film dipakai untuk menceritakan latar tiga wanita keluarga Zander. Bagaimana Doris yang masih SD dibully teman-temannya, Lina yang mulai merasakan cinta pertama, dan Alice yang rapuh di balik ketegarannya pasca suaminya meninggal. Ini yang membuat saya merasa cepat 'akrab' dengan karakter-karakter dalam Ouija: Origin of Evil.

Teror yang disebar sutradara Mike Flanagan sebenarnya tidak bisa dibilang baru. Beberapa gaya pemunculan setan sudah kerap dipakai film horor. Namun ilustrasi musik yang irit serta momen yang tepat berhasil memberikan efek kejut.

Ouija: Origin of Evil begitu serius membawa penonton kembali ke era 60-an. Selain perhatian mendetail pada kostum, gaya rambut sampai interior rumah, gambar yang disajikan pun terlihat jadul. Perhatikan setiap beberapa menit, ada titik hitam di kiri atas layar seolah masih memakai pita roll film dan proyektor. Demikian pula logo distributor, Universal yang memakai versi lawas.

Anda yang telah menonton Ouija terdahulu mungkin bertanya-tanya, apa hubungannya cerita remaja diteror setan dengan keluarga di era 50 tahun silam? Pastikan Anda menonton sampai credit title benar-benar selesai untuk menemukan jawabannya.

(ray/ray)

Penulis : Panditio Rayendra
Editor: Panditio Rayendra
Berita Terkait