Critical Eleven: Dibesarkan Oleh Cinta, Dimatangkan Oleh Konflik

Wayan Diananto | 20 Mei 2017 | 05:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - “Menguburkan anak sendiri adalah duka yang terbesar bagi orang tua. Terutama seorang ibu,” beri tahu ibunda Ale (Widyawati) kepada menantunya, Anya (Adinia). Mendengar pengakuan mertua, air mata Anya berguguran. Siang itu, Anya menyadari ia bukan satu-satunya wanita di muka bumi ini yang kehilangan anak. Lalu, Anya berusaha menata ulang rumah tangganya yang berantakan bersama Ale (Reza).

Di sisi lain, Ale mendapat wejangan dari ayahnya (Slamet) tentang bagaimana menggandeng tangan istri setelah tragedi menindih. Sayang, menata ulang keping-keping cinta yang berserakan tidak semudah yang dibayangkan. Di tengah jalan, Anya merasa sendirian. Ia sering menghabiskan waktu di kamar bayi dengan air mata menggenang di pipi. Sementara Ale mempertanyakan perilaku istrinya yang tidak pernah mengunjungi makam si buah hati.

Pernahkah Anda mengeluh soal aktor A dan aktris B bemain sebagai pasangan namun tidak tampak menyatu di layar? Si A dan B bilang cinta namun sorot mata mereka tidak takut kehilangan. Mereka marah namun hanya sebatas kata-kata. Mereka berpeluk namun tak terlihat saling memiliki dan memercayai. Apa yang absen dari sepasang pemain itu? Chemistry. Apa itu chemistry?

Kami sendiri pening memilih kata-kata yang pas untuk menjelaskan chemistry. Tapi, izinkan kami menyarankan Anda satu hal. Perhatikan dengan cermat interaksi Reza dan Adinia di film ini. Keduanya begitu intens. Saat mengucap “i love you”, tidak ada kesan receh. Apalagi alay.

Ketika Reza marah lalu Adinia menenangkan, kita merasakan bahwa cinta dan takut terjadi apa-apa terhadap pasangan itu bagai saudara kembar. Ketika keduanya berciuman, tak terlihat norak dan jorok. Pertengkaran yang tepercik di antara keduanya membuat kita percaya bahwa di layar, citra Reza dan Adinia tanggal. Yang ada, Ale dan Anya. Dan kita ingin keduanya baik-baik saja.

Lalu, apa yang membuat mereka tampak saling memiliki? Mengapa keduanya bisa membuat kita percaya bahwa mereka pasangan suami istri yang dibesarkan oleh cinta dan dimatangkan oleh konflik? Kami menyimpulkan, itulah definisi chemistry yang sejati.

Naskah yang diolah Jenny, Ika, Monty, serta Robert dilakonkan selama dua jam lebih oleh para pemain. Kami tidak merasa lelah menyaksikan perjalanan pasangan suami-istri. Kalau bukan karena kejeniusan akting dan chemistry, rasanya tak mungkin Ale-Anya memiliki pertautan yang begitu dalam. Ale-Anya merayakan kehilangan. Menangisi cinta. Sampai keduanya sadar bahwa cinta mereka telah sampai di fase paling krusial yakni: takut kehilangan. Akting Adinia dan Reza sangat layak dinominasikan untuk kategori pemeran utama terbaik tahun ini. 


Pemain    : Reza Rahadian, Adinia Wirasti, Widyawati, Slamet Rahardjo
Produser    : Chand Parwez Servia, Robert Ronny
Sutradara    : Monty Tiwa, Robert Ronny
Penulis    : Jenny Jusuf, Ika Natassa, Monty Tiwa, Robert Ronny 
Produksi    : Starvision, Legacy Pictures
Durasi        : 2 jam 15 menit


(wyn/gur)

 

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait