Rekonstruksi Hidung Minus Pembedahan (Amankah Bagi Penderita Sinusitis?)

Wayan Diananto | 9 Februari 2017 | 23:15 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Beberapa waktu lalu, dr. Olivia Ong, Dipl. AAAM (32) mempresentasikan teknik rekonstruksi hidung minus pembedahan, masa penyembuhan atau pembiusan.

Rekonstruksi tuntas dalam waktu 15 menit. Pertanyaannya, amankah? Apakah para penderita sinusitis atau polip bisa merasakan sensasi cantik ini?

Konsep estetika bentuk tubuh mungkin masuk ke ranah kecantikan, namun risiko kesehatannya perlu juga Anda pelajari. Kita intip yuk, apa saja elemen kesehatan yang perlu dicatat sebelum Anda mendadak cantik. Olivia menyebut, filler yang digunakan hyaluronic acid alias asam hialuronat.

Medium ini bukan hal baru. Ada sejak 1990. Yang senantiasa diperbarui, metode memasukkan zat itu ke dalam hidung atau area wajah. Dulu asam ini dibenamkan dengan menyuntikkannya ke 100 sampai 200 titik di wajah. Sekarang menggunakan kanula atau jarum tumpul.

"Kami membuka jalan masuk dengan 'pisau' kanula di kulit wajah. Di tiga titik sebelah kanan wajah, tiga lagi di kiri. Intinya menyebarkan hyaluronic acid. Jarum tumpul jika membentur pembuluh darah, ia membelok dengan sendirinya sehingga tidak merusak jaringan apa pun di wajah," demikian Olivia menerangkan.

Fungsi cairan ini setidaknya ada dua. Yakni memperbaiki bentuk hidung alias fungsi estetika dan meremajakan kulit (skin booster).

Bagi Anda yang ingin merekonstruksi hidung, prosedurnya tidak serumit operasi hidung. Tidak perlu rontgen untuk mengecek struktur tulang tengkorak dan posisi hidung yang jadi "poros" muka. "Bagi penderita sinusitis atau polip, tetap bisa menikmati metode ini karena cairan dimasukkan di bawah kulit dan di atas permukaan tulang hidung. Tidak mengganggu lapisan tulang, berbeda dengan operasi yang biasanya 'mengoreksi' struktur tulang. Efek sampingnya bisa jadi nol," urainya.

Untuk rekonstruksi hidung, dokter biasanya mengombinasikan botox dan filler. Efek samping mendekati nol, artinya tetap ada efek samping dalam kasus tertentu. Misalnya, jika jarum tajam yang dipakai dokter menginjeksi menusuk pembuluh darah. Ini menyebabkan lebam di wajah. Efek samping lain misalnya, terkait pembuluh darah di ujung hidung (end artery).

"Jika pasien ingin mancung, lalu dokter memaksakan mengisi filler banyak di end artery, maka hidung akan berubah warna jadi putih. Pembuluh darah terimpit filler, akibatnya ia terluka. Padahal fungsi pembuluh darah sebagai jalan makanan bagi seluruh tubuh. Jika dibiarkan, lama-lama akan mengalami nekrosis, yakni kematian patologis satu atau lebih sel atau sebagian jaringan maupun organ, akibat kerusakan irreversible (tak bisa diperbaiki). Ini risiko terburuk," papar Olivia.

Artinya, untuk melakukan penyuntikan filler, harus datang ke dokter spesialis. Meski bukan hal baru di dunia kedokteran, masih banyak salah kaprah soal hyaluronic acid. Berikut fakta dan data seputar asam hialuronat yang dibeberkan Olivia. Semoga bisa meluruskan.

1. Awam khawatir filler asam hialuronat bermigrasi, menjalar ke area pipi atau turun dari hidung menuju organ bawah. Itu salah. "Asam hialunorat akan stay on di situ. Dulu ada yang disebut silikon cair. Filler ini beda dengan silikon cair. Silikon terbukti bermigrasi ke bagian tubuh yang lebih rendah dari hidung kita," kata Olivia.

2. Fungsi filler ini merangsang kolagen, mengingat air di dalam tubuh dan membuat kulit tampak lebih kenyal, mencerahkan, dan membuat kita tampak bercahaya lebih muda.

3. Tidak ada makanan pantangan setelah pemakaian.

4. Menyebabkan ketagihan? Harus dicek sudut pandangnya. Jika pasien merasa hasilnya sesuai harapan, biasanya dia melakukan lagi. Tugas dokter mengawal dan memberi saran jujur. Tidak menyesatkan pasien untuk melakukan hal yang tidak perlu.

5. "Dalam tubuh manusia ada hyaluronic acid. Tapi tubuh tidak bisa memproduksinya lagi. Zat ini akan menyusut seiring berjalannya usia."

 

(wyn/yb)

 

 

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait